
Gambar oleh @sketchifyindonesia & @distrologo
Tantangan dalam Menghayati Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia, serta Perwujudan Profil Pelajar Pancasila dalam Pendidikan Abad Ke-21
1. Kurangnya Pemahaman Mendalam Mengenai Nilai-Nilai Pancasila
Pancasila menjadi dasar negara, tetapi pemahaman masyarakat terhadap konsep dan aplikasinya seringkali terbatas. Hal ini dapat menjadi penghambat sekaligus tantangan dalam menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa. Kurangnya pemahaman menyeluruh tentang makna dari setiap sila dan asas Pancasila membuat sulit bagi masyarakat untuk menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam perilaku sehari-hari. Pemahaman mendalam Pancasila memerlukan refleksi dari setiap individu dan penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tantangan muncul ketika masyarakat hanya memahami secara teoritis tanpa merasakan dan menghayati nilai-nilai Pancasila secara pribadi, sehingga menjadikan Pancasila hanya sebagai semacam deklarasi formal. Mengatasi kurangnya pemahaman mendalam terhadap Pancasila memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, media, dan masyarakat, untuk meningkatkan kualitas pendidikan Pancasila, menyajikan informasi yang benar, dan merancang program edukasi yang merangsang refleksi dan penghayatan nilai-nilai Pancasila secara menyeluruh.
2. Kesenjangan Pendidikan
Tantangan ketidaksetaraan dalam akses pendidikan dapat menghambat perwujudan profil pelajar Pancasila. Adanya kesenjangan dalam infrastruktur pendidikan dan aksesibilitas dapat menciptakan divisi sosial yang dapat merugikan pembentukan identitas bangsa. Sekolah yang kurang dilengkapi dengan fasilitas dan sumber daya pendidikan yang memadai mungkin kesulitan dalam menyelenggarakan program pembelajaran yang mendalam mengenai nilai-nilai Pancasila. Kurangnya fasilitas tersebut dapat mengurangi kemampuan sekolah untuk memberikan pengalaman pendidikan yang memadai. Selanjutnya, kualitas pengajaran terkait Pancasila sangat bergantung pada kemampuan guru. Kesenjangan dalam pelatihan dan keahlian guru dalam menyampaikan materi Pancasila secara menarik dan relevan dapat mengurangi efektivitas pembelajaran, sehingga penghayatan nilai-nilai Pancasila menjadi kurang mendalam. Berikutnya, tingkat literasi pendidikan yang rendah dapat mengakibatkan kurangnya pemahaman tentang arti dan makna nilai-nilai Pancasila. Kesenjangan ini dapat berkorelasi dengan kesenjangan pendidikan dan ekonomi yang lebih luas di masyarakat. Mengatasi kesenjangan pendidikan memerlukan langkah-langkah untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan di seluruh wilayah, meningkatkan pelatihan dan keterampilan guru, serta mereformasi kurikulum untuk lebih menekankan pada pendidikan karakter dan nilai-nilai Pancasila. Upaya ini akan berkontribusi pada penghayatan yang lebih mendalam terhadap Pancasila di kalangan peserta didik.
3. Teknologi dan Pendidikan Abad ke-21
Meskipun teknologi membawa kemajuan, terdapat risiko hilangnya nilai-nilai tradisional dan identitas lokal. Pendidikan perlu menemukan keseimbangan yang tepat antara kemajuan teknologi dan pelestarian nilai-nilai kultural. Pada abad ke-21, teknologi dan pendidikan menjadi tantangan dalam menghadapi Pancasila. Perkembangan teknologi dan globalisasi dapat menyebabkan distorsi karakter peserta didik akibat informasi yang tidak disaring dengan baik. Pendidikan abad ke-21 menuntut peserta didik untuk menguasai keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi. Selain itu, peran orang tua juga menjadi tantangan dalam menghayati Pancasila sebagai identitas bangsa. Meskipun demikian, Pancasila tetap relevan dalam menjiwai perjuangan rakyat Indonesia mencapai masyarakat adil dan makmur. Dalam menghadapi tantangan ini, pendidikan perlu berperan dalam menciptakan peserta didik yang berkarakter dan nilainya sesuai dengan ajaran Pancasila. Guru perlu memberikan teladan yang baik dan sekolah perlu menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung pengembangan keterampilan abad ke-21. Selain itu, keterlibatan orang tua juga diperlukan dalam membiasakan perilaku sesuai dengan ajaran Pancasila. Dengan demikian, upaya yang dilakukan sekolah sudah berusaha maksimal melalui profil pelajar Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia pada abad ke-21.
4. Peran Pendidik
Kurangnya pemahaman dan komitmen dari pihak pendidik dalam mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam pengajaran dapat mengurangi dampak positifnya. Pentingnya peran guru sebagai agen perubahan dalam membentuk karakter peserta didik tidak dapat diabaikan. Peran guru dan pendidik menjadi tantangan dalam menghayati Pancasila karena mereka memiliki peran kunci dalam membentuk karakter dan nilai-nilai kebangsaan pada generasi muda. Namun, terdapat kendala seperti kurangnya pemahaman tentang Pancasila, ketidakmampuan guru menyesuaikan diri dengan perubahan, dan hilangnya idealisme sebagai guru. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan karakter peserta didik sesuai dengan ajaran Pancasila. Meskipun demikian, Pancasila tetap relevan sebagai fondasi pendidikan di abad ke-21.
5. Partisipasi dan Keterlibatan Masyarakat
Tantangan lainnya adalah keterlibatan masyarakat dalam mendukung pendidikan yang berpihak pada peserta didik. Sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat perlu ditingkatkan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan identitas Pancasila.
Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad Ke-21 di Ekosistem Sekolah (kelas)
Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia memiliki beberapa dimensi yang perlu diperhatikan. Berikut adalah beberapa aspek penting yang terkait dengan Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia:
1. Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia memiliki keberadaan yang unik dan berbeda, walaupun tidak harus dalam bentuk fisik. Entitas adalah sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda, walaupun tidak harus dalam bentuk fisik.
2. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia adalah adanya suatu ciri khas yang berbeda dari bangsa lain karena seluruh masyarakatnya selalu berefleksi terhadap nilai-nilai atau pedoman yang terkandung pada Pancasila. Identitas merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis, dan proses sosialisasi.
3. Untuk menguasai Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang profil pelajar Pancasila dan implementasinya dalam pendidikan. Guru dan sekolah perlu memahami dan menerapkan contoh terkait aspek-aspek yang terkandung pada profil pelajar Pancasila, seperti beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, bergotong-royong, dan berkebinekaan global.
4. Pengembangan Pancasila melibatkan peningkatan karakter peserta didik dan menjadikannya pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam konteks pendidikan abad ke-21, profil pelajar Pancasila menjadi perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
5. Pendidikan berperan penting dalam mengenalkan kepada generasi penerus bangsa untuk terus melestarikan dan memaknai keragaman yang menjadi warisan luhur bangsa salah. Dalam mewujudkan Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia, guru dan sekolah perlu memahami dan menerapkan sekaligus memberikan contoh terkait aspek-aspek yang terkandung pada profil pelajar Pancasila.
Perwujudan profil pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas):
Profil pelajar Pancasila pada pendidikan abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas) harus berpihak pada peserta didik. Hal ini menjadi tantangan besar agar peserta didik tidak masuk ke dalam dampak negatif teknologi dan globalisasi, melainkan bisa memanfaatkan secara baik kemajuan tersebut. Pendidikan abad ke-21 menuntut peserta didik untuk menguasai keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan sekolah adalah dengan menciptakan peserta didik yang berkarakter dan nilai-nilainya sesuai dengan ajaran Pancasila. Guru perlu memberikan teladan yang baik dan sekolah perlu menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung pengembangan keterampilan abad ke-21. Dengan demikian, profil pelajar Pancasila harus menjadi perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Sumber:
https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/tantangan-dan-strategi-direktorat-sekolah-dasar-mewujudkan-profil-pelajar-pancasila
https://eprints.ums.ac.id/95313/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
https://jurnaluniv45sby.ac.id/index.php/Cakrawala/article/download/633/580
https://jurnaluniv45sby.ac.id/index.php/Cakrawala/article/download/632/579
https://wnj.westscience-press.com/index.php/jpws/article/download/164/119/779
https://www.berdikarionline.com/pancasila-dan-tantangan-kebangsaan-abad-dua-satu/
https://www.bisabaca.com/2023/04/pancasila-sebagai-entitas-dan-identitas.html?m=1
https://www.kompasiana.com/agungrad/6399c0bd4addee62f93e80b2/profil-pelajar-pancasila-menjawab-tantangan-pada-abad-21
https://www.kompasiana.com/dianzuhda6215/6397e9a997ff4f6be0425252/pancasila-sebagai-entitas-dan-identitas-bangsa-indonesia
https://www.kompasiana.com/febri92666/63cc8c5f4addee78f60633a3/pancasila-sebagai-fondasi-pendidikan-indonesia-di-abad-21?page=2&page_images=1
https://www.kompasiana.com/khairunnisa43891/639129cb08a8b5039f034ca2/pancasila-sebagai-entitas-identitas-bangsa-indonesia
Komentar
Posting Komentar